Anda tahu SOSROBAHU. Yup, mungkin untuk segelintir orang nama ini masih agak asing di telinga. Lalu, sebenarnya apa sih SOSROBAHU itu ?
SOSROBAHU adalah salah satu teknik pembangunan tiang untuk jalan layang atau jalan tol. Teknik ini memanfaatkan prinsip dongkrak hidrolik, yaitu mengangkat dan memutar bahu jalan pada titik berat benda tersebut. Teknik ini adalah hasil karya dari Bapak Ir. Tjokorda Raka Sukawati.
Nah, sejarahnya ni, teknik ini ditemukan secara tidak sengaja oleh Bapak Tjokorda. Awalnya, beliau berusaha mencari jalan untuk menemukan cara bagaimana membangun bahu jalan tanpa mengganggu aktifitas jalan. Jadi jalan harus tetap berfungsi pada saat pembangunan dijalankan.
Persoalan rumit pun diurai, yang diperlukan untuk menyangga badan jalan itu adalah deretan tiang beton, satu-sama lain berjarak 30 meter, di atasnya membentang tiang beton selebar 22 meter. Batang vertikalnya (pier shaft) berbentuk segi enam bergaris tengah 4 meter, berdiri di jalur hijau. Hal ini tidak sulit, yang merepotkon adalah mengecor lengannya (pier head). Jika dengan cara konvensional, yang dilakukan adalah memasang besi penyangga (bekesting) di bawah bentangan lengan itu, tetapi bekesting itu akan menyumbat jalan raya di bawahnya. Cara lain adalah dengan bekesting gantung tetapi membutuhkan biaya lebih mahal.
Lalu beliau pun menyampaikan gagasan, yaitu membangun tiangnya dulu dan mengecor bahu jalan searah jalur hijau. Namun beliau belum mendapatkan cara untuk mengangkat dan memutar bahu jalan tersebut.
Nah, akhirnya teknik ini pun ditemukan. Ketika itu tanpa sengaja beliau mengamati cara kerja dongkrak hidrolik saat beliau sedang memperbaiki mobilnya. Saat itu beliau sadar akan hukum fisika, yaitu dengan meniadakan gaya geseknya, benda seberat apapun akan mudah digeser. Nah, berdasarkan Hukum Pascal, "Bila zat cair pada ruang tertutup diberikan tekanan, maka tekanan akan diteruskan segala arah", Zat cair yang digunakan adalah minyak oli . Bila tekanan P dimasukkan dalam ruang seluas A, maka akan menimbulkan gaya (F) sebesar P dikalikan A. Rumus itu digabungkan dengan beberapa parameter dan memberikan nama Rumus Sukawati, sesuai namanya. Rumus ini orisinil idenya karena sampai saat itu belum ada buku yang membahasnya sebab memang tidak ada kebutuhannya. Eureka....
Lalu, Bapak Tjokorda pun mulai mengerjakan rancangan finalnya yakni sebuah landasan putar untuk lengan beton yang dinamai Landasan Putar Bebas Hambatan (LPBH). Bentuknya dua piringan (cakram) besi bergaris tengah 80 cm yang saling menangkup. Meski tebalnya 5 cm, piring dari besi cor FCD-50 itu mampu menahan beban 625 ton.
Ke dalam ruang di antara kedua piringan itu dipompakan minyak oli. Sebuah seal (penutup) karet menyekat rongga di antara tepian piring besi itu untuk menjaga minyak tak terdorong keluar, meski dalam tekanan tinggi. Lewat pipa kecil, minyak dalam tangkupan piring itu dihubungkan dengan sebuah pompoa hidraulik. Sistem hidraulik itu mampu mengangkat beban beban ketika diberikan tekanan 78 kg/cm2. Nah, Angka inilah yang sebenarnya jadi angka misteri bagi Bapak Tjokorda saat itu.
Akhirnya, tes lapangan. Dapat anda bayangkan betapa nekatnya Bapak Tjokorda pada saat itu. Beliau dengan sungguh - sungguh mencoba temuan yang baru saja ditemukannya tanpa ada penelitian lebih lanjut. Bahkan beliau rela melepaskan jabatannya yang pada saat itu adalah Direktur PT. HUTAMA KARYA kalau saja temuannya ini gagal.
Tiang Jalan dibangun terlebih dahulu. |
Lengan beton jalan dibangun di antara dua jalur jalan, sejajar dengan jalanan yang padat di bawahnya. |
Lengan beton jalan diputar 90 derajat. Jalan layang pun kemudian dibangun di atas lengan ini. |
Tanpa diduga temuannya berhasil. Bahkan pada saat pemasangan ke-85, Bapak Alm. Soeharto yang saat itu menjabat sebagai presiden RI, ikut menyaksikan karya fenomenal ini. Bahkan beliaulah yang menamakan karya ini sebagai Teknik SOSROBAHU.
Teknologi Sosrobahu ini dikembangkan menjadi versi ke-2. Bila pada versi pertama memakai angker (jangkar) baja yang disusupkan ke beton, versi keduanya hanya memasang kupingan yang berlubang di tengah. Lebih sederhana dan bahkan hanya memerlukan waktu kurang lebih 45 menit dibandingkan dengan yang pertama membutuhkan waktu dua hari. Dalam hitungan eksak, konstruksi Sosrobahu akan bertahan hingga 100 tahun (1 abad).
Luar biasa kan..
Inilah salah satu dari karya anak bangsa.
---Dari berbagai sumber dengan beberapa perubahan---
---Ilustrasi gambar dari Google dan WIKIPEDIA----
Keren, sy pernah melihat karyanya yang dipasang di lobi jurusan, fakultas teknik sipil dan lingkungan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta..
ReplyDeleteBlognya juga keren dik.. Jika sedang tidak sibuk silahkan kunjungi juga blog saya di : http://dwikusumadpu.wordpress.com
ReplyDeleteMakasih..